Retinol dan Asam Retinoat : (agak) serupa tapi tak sama..

Gambar dari : pixabay.com
Retinol dan asam retinoat yang termasuk dalam kelompok besar retinoids, merupakan bahan aktif yang merupakan baku emas dalam perawatan anti aging. 
Manfaat retinoid sudah terbukti dengan berbagai penelitian, bahwa penggunaan teratur jangka panjang akan memberikan hasil peremajaan kulit yang bermakna. 

Untuk peremajaan kulit, krim racikan dermatologis untuk malam hari, mungkin hampir bisa dipastikan salah satunya mengandung retinoid. Namun, tidak hanya krim racikan dermatologis, krim yang dijual bebas di pasaran pun juga banyak yang meng-claim mengandung retinoid juga. 

Nah, apa sih bedanya retinoid yang terkandung di krim racikan dermatologis, dengan retinoid yang ada di berbagai produk bebas dipasaran? 

Jenis retinoid yang ada di krim racikan dermatologis, umumnya adalah asam retinoat atau tretinoin atau all-trans-retinoic acid. Biasanya dengan konsentrasi 0,025% hingga 0,1%. 
Sedangkan jenis retinoid di krim bebas, umumnya adalah Retinol (konsentrasi 0,4- 1%)  dan berbagai turunan nya, misalnya retinaldehyde, retinyl ester (retinyl propionate, retynil palmitate), atau retinyl N-formyl aspartamate. 

Nah, perbedaan jenis retinoid ini, jelas akan membedakan efektivitasnya dan tentunya hasil klinisnya. 

Retinol kekuatannya 20x lebih lemah dari asam retinoat. 
Kira-kira : 0,5% retinol setara dengan 0,025% asam retinoat. 

Retinyl palmitate, turunan dari retinol, kekuatannya 20x lebih lemah dari retinol. 

Dari perbandingan ini, jelas tentunya asam retinoat jauh lebih efektif dari retinol dan turunannya. 

Kemudian, jenis retinoid yang dapat digunakan langsung oleh sel di kulit adalah asam retinoat. 
Sedangkan retinol harus dikonversi secara enzimatik di kulit menjadi asam retinoat sebelum dapat digunakan oleh sel kulit. Konversi nya membutuhkan pH 5.5-6, atau kira-kira sesuai dengan pH kulit. Namun, apabila retinol digunakan bersamaan dengan produk lain yang pH nya berbeda, misal vitamin C yang biasanya pH nya lebih rendah, maka akan mengganggu proses konversi. 

Dengan adanya masalah konversi ini, jelas tentunya asam retinoat lebih efisien karena sudah berada dalam bentuk yang siap dipakai oleh sel kulit. 

Maka, untuk peremajaan kulit, hasil yang lebih efektif tentunya lebih bisa dicapai dengan menggunakan asam retinoat dibandingkan retinol. 

Bila demikian... jadi kapan ya retinol bisa digunakan? 
Biasanya retinol digunakan pada kulit yang ekstra sentitif, yang bila menggunakan asam retinoat menjadi kemerahan terus atau kelupas berlebihan terus menerus. Namun, kasusnya jarang, umumnya dengan pemakaian pelan bertahap, kulit akan beradaptasi baik dengan asam retinoat. 
Atau, retinol juga bisa menjadi pilihan bila akan bepergian ke tempat/cuaca ektrim, kegiatan ektrim, sangat panas, sangat dingin, sangat berkeringat.. 
Nah asam retinoat bisa diganti menjadi retinol untuk sementara waktu, untuk mengurangi risiko merah/kelupas. Setelah itu tentunya kembali ke asam retinoat. 

Untuk mengetahui jenis retinoid yang ada di krim, pastikan selalu membaca daftar kandungan di kemasan krim ya..
Untuk krim racikan, jangan ragu tanyakan langsung ke dermatologis untuk mendapatkan penjelasan lengkap ya...

Salam kulit sehat... 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pityriasis Alba, si putih yang mirip panu..

Creeping Eruption (Cutaneous Larva Migrans) : penyakit lama yang muncul kembali..

Keratosis Pilaris alias kulit ayam