To Tan or Not To Tan..


Akhir - akhir ini, fenomena tanning mulai kembali menjadi trend di beberapa kalangan. Kulit putih bukan lagi dianggap menjadi satu-satunya kulit yang cantik. Sekarang ini, kulit yang tan juga dianggap sebagai kulit yang cantik dan eksotis. Para wanita yang menginginkan kulit tan, tidak segan melakukan tanning untuk kulit. 

Tapi, seberapa aman sebetulnya tanning ini? 
Yuk, kita bahas bersama mengenai tanning.. 

Sejak kapan orang mulai gemar tanning (menggelapkan kulit)?
Pada tahun 1920, perintis desainer dan fashion icon Coco Chanel mempopulerkan ide tanning. Sejak saat itu, berjemur di bawah matahari mulai dianggap dianggap identik dengan kesenangan, relaksasi serta kesehatan.

Mulai sekitar tahun 1960an, kulit yang tan menjadi tanda keistimewaan dan menandakan kelas sosial yang lebih tinggi. Kulit tan mencerminkan seseorang memiliki waktu luang dan uang untuk bepergian ke tempat-tempat tropis eksotis yang kaya matahari. Kulit tan juga mencerminkan antusiasme untuk kegiatan outdoor, dan, dikaitkan dengan kebugaran fisik dan kesehatan yang prima.

Tentu saja, tidak semua orang memiliki waktu atau uang untuk mengambil liburan tropis, maka lahirlah tanning buatan. Tanning bed UV mulai muncul di AS pada 1978. Mulai 1980-an dan 1990-an praktek tanning sudah dikenal luas di US kemudian meluas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. 


Apakah aktifitas tanning ini berbahaya bagi kulit?
Ya, tanning bagaimana pun caranya  memiliki  risiko kesehatan yang serius. Sebuah laporan terbaru oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker, (IARC), bagian dari Organisasi Kesehatan Dunia, menyimpulkan bahwa perangkat tanning indoor (tanning beds) lebih berbahaya daripada yang diperkirakan sebelumnya. Paparan radiasi UV, baik dari tanning bed matahari atau dalam ruangan, dapat menyebabkan:
- Kanker kulit
- Kulit terbakar
- Penuaan dini kulit : Tanning menyebabkan kulit kehilangan elastisitas dan keriput sebelum waktunya. Hal ini mungkin baru muncul bertahun-tahun setelahnya.
- Kerusakan mata (baik jangka pendek dan jangka panjang) : Paparan radiasi UV dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata.
- Penekanan system kekebalan tubuh. : Radiasi UV-B dapat menekan berfungsinya sistem kekebalan tubuh dan pertahanan alami kulit, sehingga tubuh lebih rentan terhadap penyakit, termasuk kanker kulit.
- Reaksi alergi:  Beberapa orang yang sangat sensitif terhadap radiasi UV dapat mengalami bercak merah gatal pada area tanning.

Beberapa hal yang akan lebih meningkatkan risiko efek samping tanning:

- Tidak untuk memakai kacamata yang disediakan, yang dapat menyebabkan cedera mata pendek dan jangka panjang.
- Tanning saat menggunakan obat tertentu atau kosmetik yang dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar UV.
- Mulai tanning dengan eksposur panjang yang dapat menyebabkan kulit terbakar.
- Tidak mengikuti waktu paparan yang disarankan untuk jenis kulit .



Obat apa saja yg digunakan dalam tanning?
Bergantung jenis tanning yang digunakan, obat/alat/metode yang dipakai berbeda.

a. Tanning Lamp/Bed
Seperti matahari, lampu yang digunakan dalam tanning lamp/bed memancarkan radiasi UV. Beberapa lampu memancarkan radiasi UVA dan UVB, dan beberapa lainnya hanya memancarkan UVA.

b. Tanning Lotion dan Semprotan tanning (tanpa matahari)
Jenis tanning ini tidak menggunakan sinar, melainkan menggunakan cairan kimia.  Kulit akan dilapis dengan dihidroksiaseton (DHA). DHA berinteraksi dengan sel-sel lapisan kulit teratas di epidermis untuk menggelapkan warna kulit menyerupai tan, hasilnya dapat berlangsung selama beberapa hari.

DHA diperbolehkan untuk digunakan secara eksternal (dari luar) untuk ‘mewarnai’ kulit, tapi harus dengan hati-hati. DHA tidak boleh terhirup, tertelan, atau terkena area yang berselaput lendir termasuk bibir, hidung, dan daerah di sekitar mata (dari bagian atas pipi hingga di atas alis).

Umumnya produk-produk ini belum mengandung tabir surya. Selalu gunakan tabir surya sedikitnya 30 menit sebelum keluar ruangan.

c. Tanning Pil
Berbagai iklan menjanjikan kulit tan hanya dengan mengkonsumsi pil tertentu. Pil-pil itu tidak aman sehingga sebaiknya jangan digunakan.

Beberapa pil mengandung pewarna canthaxanthin. Ketika canthaxanthin diminum dalam jumlah banyak, warna kulit dapat berubah menjadi oranye hingga coklat. Hal ini juga dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti kerusakan hati, biduran, dan gangguan mata (canthaxanthin retinopati). 


Biasanya setelah tanning bisa bertahan berapa lama?
Karena kulit secara teratur setiap bulan akan mengalami pergantian dengan kulit baru, maka tan harus terus dijaga supaya bisa bertahan. Untuk mendapatkan tan yang baik, tanning perlu dilakukan bertahap sekitar 6-10 sesi, lalu cukup dilakukan 1 minggu/x untuk mempertahankan tan.

Mengapa orang yg tanning terkadang kegelapan kulitnya tidak merata?
Karena terkadang ada area kulit yang sejak awalnya (sebelum tanning) memang warnaya berbeda (lebih gelap atau lebih putih) dibandingkan kulit normalnya. Sehingga setelah tanning, terkesan warnanya tidak merata. 

Apakah tingkat kegelapan bisa diatur ketika tanning, mau gelap sekali, sedang atau cuma agak gelap?
Ya, kegelapan bisa diatur saat melakukan tanning, tapi sebaiknya gunakan patokan berdasarkan jenis kulit

Jenis Kulit        Minggu 1          Minggu 2          Minggu 3          Minggu 4
Kulit Tipe I        Tidak dapat cokelat. Sebaiknya tidak melakukan tanning.
Kulit Tipe II       3 menit             5 menit             8 menit             12 menit
Kulit Tipe III       3 menit             5 menit             8 menit             15 menit
Kulit Tipe IV     4 menit            8 menit             13 menit           20 menit
Kulit Tipe V      5 menit             9 menit             16 menit           20 menit
Kulit Tipe VI     6 menit             10 menit           16 menit           20 menit



Apa hal yang harus diperhatikan sebelum menjalani tanning? 
Hal2 yang harus diperhatikan sebelum tanning :

a. Tanning Spray
Sebelum melakukan tanning spray di salon tanning, tanyakan terlebih dahulu :

-       Apakah mata dan daerah sekitarnya dilindungi?
-       Apakah hidung, mulut, dan telinga dilindungi?
-       Apakah kita dilindungi dari menghirup spray tanning melalui hidung atau mulut?
Jika jawaban untuk semua pertanyaan ini adalah "tidak," maka sebaiknya cari salon lain, karena berarti ada risiko terpapar bahan kimia yang berpotensi membahayakan.

b. Self-tanning dengan produk tanning yang dijual bebas.
Jangan lupa berhati-hati saat kan melakukan self-tanning di rumah. Umumnya produk tanning yang dijual bebas mengandung DHA, dan bisa didapat dalam berbagai sediaan,  seperti lotion, krim, dan semprotan. Ikuti petunjuk pada label secara seksama dan hati-hati untuk tidak kena area mata, hidung, atau mulut.

c. Tips tanning dengan tanning bed :
- Cek keamanan tanning bed di tanning salon anda, pastikan semua tanning bed memiliki label peringatan, timer akurat, kontrol berhenti darurat, dan termasuk jadwal paparan dan kacamata pelindung.
- Pastikan untuk memakai kacamata yang disediakan, gunakan ukuran yang pas dan cek bahwa kacamata tidak retak.
- Mulai pelan-pelan dan gunakan waktu eksposure singkat untuk mendapatkan tan secara bertahap.
- JANGAN menggunakan waktu bukaan maksimum pada saat pertama kali menjalani tanning karena risiko kulit terbakar dan kanker kulit.
- Ikuti prosedur yang disarankan sesuai dengan jenis kulit Anda.
- Tetaplah pada batas waktu yang disarankan dan jangan diperpanjang.
- Setelah mencapai kulit tan, jalanilah tanning paling sering 1x/minggu dan tidak lebih. Tergantung dari jenis kulit tiap orang, bahkan tanning bisa dilakukan 2-3 minggu sekali.


Siapa yang sebaiknya tidak melakukan tanning? 

Bila ada salah satu kondisi dibawah ini, sebaiknya hindari tanning:
-    Kulit mudah terbakar sinar matahari dan tidak pernah menjadi coklat setelah berjemur dibawah matahari.
-          Memiliki riwayat keluarga kanker kulit.
-          Mengkonsumsi obat yang dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar UV.
Setelah menjalani tanning (apapun metodenya), penting untuk selalu menggunakan tabir surya sebelum beraktivitas di luar ruangan. Pilih tabir surya yang memproteksi UVA dan UVB, dengan kadar SPF minimal 30. Bila sering berkerigat, aplikasikan ulang tabir surya tiap beberapa jam.
Selalu gunakan pelembab kulit secara rutin sedikitnya 2x/hari setelah mandi. Kulit yang sehat dan lembab akan lebih murah menjadi tan, dan lebih lama mempertahankan tan. Minum cukup air dan makan cukup buah dan sayur.



Apakah kulit gelap itu sudah menjadi trend saat ini? Mana yg lebih penting kulit gelap/terang atau kulit yang sehat?

Kini daya tarik kulit tan mulai memudar. Masyarakat mulai paham bahwa 90 persen dari semua kanker kulit berhubungan dengan paparan ultraviolet matahari (UV), yang juga menyebabkan kerusakan mata, penekanan sistem kekebalan tubuh, dan penuaan kulit (keriput , kulit kasar dan timbul bintik-bintik coklat).

Publik telah sadar akan risiko jangka panjang dari tanning (baik berjemur di bawah matahari ataupun menggunakan tanning beds).  Masyarakat yang “style & health conscious” telah meninggalkan tanning dan mulai melindungi diri dari matahari dan belajar mencintai warna kulit alaminya. Sarah Brown, Direktur Kecantikan Vogue, berkomentar: “A healthy glow does not mean a tan, and I think that’s what we have to clear up. A healthy glow is your skin tone, glowing.” – harus diperjelas bahwa kulit yang sehat bercahaya tidak berarti kulit yang tan. Kulit yang sehat akan tampak bercahaya, apapun warnanya.-

Pada tahun 2008, Yayasan Kanker Kulit di US menarik orang untuk berhenti tanning dengan kampanye Go with your own Glow TM yang mendorong perempuan untuk mencintai - dan melindungi - kulit mereka, apa pun warna alaminya.  Kampanye ini berhasil mengumpulan $ 4.400.000 dari iklan yang disumbangkan dan telah mencapai lebih dari 360 juta pembaca.

Memiliki kulit sehat jauh lebih berharga daripada kulit yang coklat karena pajanan UV berlebih (baik karena berjemur matahari maupun karena buatan melalui tanning beds). 

Cintai warna kulit alami kita, kulit alami kita adalah kulit sehat kita, tidak perlu diputihkan atau digelapkan secara artificial.
Setuju? 

Salam kulit sehat.. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pityriasis Alba, si putih yang mirip panu..

Creeping Eruption (Cutaneous Larva Migrans) : penyakit lama yang muncul kembali..

Keratosis Pilaris alias kulit ayam